Jalan Lintas Barat Macet Setiap Saat, Apa Kata Mereka
DL/Bandarlampung/07102022
----- Diskusi Publik yang diprakarasi Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) Provinsi Lampung tentang kondisi Jalan Lintas Barat Lampung
yang diberi tema Macet Jalinbar: Apa Solusinya, dilaksanakan bersama narasumber
yang berkompeten diantaranya dari pemangku kebijakan daerah, pengamat transportasi,
mahasiswa dan berbagai pihak yang urun rembug bersama di Balai Wartawan Hi
Solfian Akhmad, Kamis 6 Oktober 2022.
Jalan Lintas Barat yang secara incidental sering terjadi
kemacetan yang terbentang antara batas kota Bandarlampung sampai ke Kabupaten
Pringsewu, dimana jalan ini melintasi satu kabupaten yang juga tak kalah padat
kendaraan, yakni Kabupaten Pesawaran.
Tak kurang, ada Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona, Pj
Bupati Pringsewu Adi Erlansyah, Kepala Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK)
Lampung, Febrizal Levi Sukmana, Ketua Komisi IV Ismet Roni, akademisi ITERA IB
Ilham Malik hadir dan memberikan penilaian serta pendapat dalam perspektif dan
kacamata masing-masing.
Ini dia pendapat mereka:
Dendi Ramadhona:
Kemacetan yang terjadi di Jalan
Lintas Barat (Jalinbar) dikarenakan kapasitas jalan tak sesuai dengan volume
kendaraan.
“Sesuai data yang diperoleh Dinas Perhubungan setempat,
kemacetan terjadi pada pukul 6 hingga 8 pagi. Kemudian sore harinya pukul 4
hingga 6 sore. Dalam kurun waktu satu jam, terdapat tiga ribu unit kendaraan
baik roda empat maupun roda dua, yang melintas di jalinbar Kabupaten Pesawaran.”
kata Dendi.
Menurut dia, titik kemacetan terparah di jalinbar berada
di simpang Tugu Coklat karena sebagai titik temu dari tiga bagian jalan yaitu,
jalan provinsi, jalan nasional dan jalan kabupaten kota.
Dendi mengatakan telah menyampaikan keluhan jalinbar ini
ke Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan
Presiden Jokowi saat meninjau vaksinasi pelajar dan bendungan di Pesawaran.
Adi Erlansyah:
Menyebutkan, ada dua solusi dalam mengatasi kemacetan di
jalinbar. "Pertama itu peningkatan jalan dan yang kedua menyiapkan jalan
lingkar pada ruas jalinbar untuk mengurai kemacetan," kata Adi.
Febrizal Levi Sukmana:
Menyebutkan ada beberapa solusi dalam mengatasi kemacetan
di Jalan Lintas Barat (Jalinbar).
Beberapa solusi yang perlu dilakukan adalah membuat jalan
pintas, jalan lingkar hingga melakukan pelebaran guna meningkatkan kapasitas.
Levi menyebutkan, faktor utama kemacetan yang terjadi di
Jalimbar adalah volume kendaraan yang tidak sesuai dengan kapasitas. "Berdasarkan
data dari Dinas Perhubungan, volume kendaraan di jalinbar mencapai lebih dari
15 ribu," kata Levi.
Karena itu, dia menyarankan untuk solusi jangka pendek,
perlu adanya jalan shortcut atau pintas. Terutama di ruas Kemiling
Bandarlampung - Pesawaran.
Sementara untuk solusi jangka panjang, menurut dia, perlu
adanya pelebaran jalan hingga dibuat dua jalur. Meski demikian, dia
menyebutkan, kendala utama dalam pelebaran jalan itu adalah pembebasan
lahannya. Bahkan, menurut BPJN satu persegi diminta Rp3 juta.
Ismet Roni:
Meminta seluruh pihak terkait untuk mendukung pelebaran
pelebaran jalan lintas barat (jalinbar) untuk mengurangi kemacetan.
Pelebaran jalan perlu diperjuangkan bersama untuk
diusulkan ke pemerintah pusat melalui Gubernur Arinal Djunaidi.
Untuk itu, dia berharap, melalui diskusi publik PWI
Lampung bisa memberikan solusi dalam mengatasi kemacetan di Jalinbar.
Sehingga, solusi tersebut bisa diusulkan ke Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) agar memprioritaskan jalinbar.
Ilham Malik :
Karena, ia menilai pelebaran jalan atau penguatan bahu
jalan yang dilakukan Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) hanya bersifat
sementara.
Tetapi yang harus dilihat ialah, pada saat apa dan siapa
yang mengendarai kendaraan tersebut. Apabila yang berkendara adalah pegawai
pemerintahan maka pelebaran jalan bukanlah suatu solusi utama.
"Karena pasti akan tetap menimbulkan kemacetan,
karena ketika jalan dilebarkan maka semakin ramai volume kendaraan
kendaraan," ungkapnya.
Setelah diskusi ini, seyogyanya akan ada
pergerakan untuk menuju pada perbaikan dan apa implementasinya oleh pemerintah,
karena PWI Lampung sudah memberikan panggung untuk duduk bersama berbagai pihak
yang dipandang mampu menyelesaikan persoalan ini. (tim)
Comments